Urang Ampek Jinih (Pangulu, Malin, Manti, Dubalang)
Orang yang empat jenis (nan-4 jinih) adalah empat perangkat kedudukan pemimpin dalam masyarakat Minang, yakni penghulu, manti, malin dan dubalang.
1. Penghulu
Penghulu berasal dari kata hulu di tambah awalan pe(ng). Hulu artinya kepala, hulu dari muara segala persoalan, awalan pe(ng) menyatakan tugas berada di tataran atas/hulu penyelesaian persoalan adat. Penghulu merupakan ninik mamak kepala kaum yang dipilih atau diangkat menurut ketentuan adat nagari. Jadi penghulu berarti orang yang bertugas mengepalai. Apakah yang dikepalai penghulu? Penghulu mengepalai suatu kaum. Dengan demikian penghulu adalah orang yang bertugas mengepalai suatu kaum.
Sebagai kepala atau pemimpin, penghulu berkewajiban dan bertanggung jawab memelihara anak kemenakan dan nagari. Dalam ungkapan adat dinyatakan bahwa kewajiban penghulu itu adalah "kusuik ka manyalasaikan, karuah ka manjaniahkan" (kusut menyelesai-kan, keruh menjernihkan).
Penghulu adalah jabatan turun-temurun. Ia tidak dipusakai dari ayah, tetapi diwarisi berdasarkan garis keturunan ibu. Panggilan untuk penghulu adalah Datuak. Apakah setiap Datuak penghulu? Tidak, tidak semua datuak penghulu. Ada orang yang dipanggil Dt.(Datuak), tetapi ia bukan seorang penghulu, melainkan karena ia mempunyai "keistimewaan".
Penghulu itu gadang nya karena "digadangkan sebagaimana dikatakan:
"Tumbuahnyo karano ditanam tingginyo karano dianjuang
gadangnyo karano diambah".
Ungkapan di atas menyatakan bahwa jabatan penghulu itu diperoleh karena diangkat oleh anggota kaumnya. Tingginya dianjung dan gadang diamba dan dipelihara. Bagaimana cara memeliharanya? Caranya menjaga wibawa dan nama baiknya. Melawan kepada penghulu dalam adat akan didenda. Demikian pula seorang penghulu harus pandai menjaga wibawa dan harga dirinya. la harus menghindari diri dari pekerjaan yang menjatuhkan harga dirinya. Bicara menghindari emosional, marah-marah, pertengkaran apalagi mengundang konflik. Karena itu kata pemuka adat Padang Panjang, penghulu sepantasnya tidak ikut dalam seminar, kalau pun harus ikut menghindari diri dalam dialog panas (alot). Peluang debat seperti itu mungkin mudzakarah ulama dalam mengambil ijitihad atau para cadik pandai dalam mengasah kecerdasannya.
Sebagai seorang pemimpin, penghulu harus "badado lapang, baalam leba atau balawik lapeh bapadang lapang”. Artinya seorang penghulu itu harus berjiwa besar dan berpandangan luas. Itulah sebabnya mengapa seseorang dipilih oleh anggota kaumnya untuk jadi penghulu.
Penghulu di dalam adat Minangkabau adalah kepala suku dipilih dari unsur ninik mamak dalam kaumnya. Penghulu disebut dalam panggilan sehari-hari dengan Dt. (Datuak). Tugasnya luas meliputi segala persoalan adat. la tegak di pintu adat. Segala masalah adat yang terkait dengan anak kemenakan dan kaumnya, datuak yang menyelesaikannya melalui perangkatnya yang lain yakni manti menyelesaikan persoalan adat, malin menyesaikan persoalan agama, dubalang menyelesai huru hara dan kekacauan dalam kaum.
Penghulu memegang peranan penting dalam adat Minangkabau Semenjak dahulu sampai sekarang yakni sejak zaman Datuak Perpatih Nan Sabatang dan Datuak Ketumanggungan, penghulu dianggap sebagai pemimpin dalam kaumnya yang selalu berusaha melindungi kepentingan anak kemenakan/ masyarakatnya.
Seorang yang menjadi penghulu itu mestinya dipilih oleh kaum laki-laki dan perempuan yang telah baligh yang mempunyai akal sehat, sopan santun, ramah tamah dan rendah hati.
Sebelum seorang dilantik menjadi penghulu, sepanjang hidupnya sudah dilihat sikap kepemimpinannya di tengah-tengah keluarganya, ia telah mendapat pengalaman berharga dalam memimpimpin adik dan kemenakannya untuk menduduki penghulu yang akan dipangkunya. Di dalam nagari yang bersangkutan harus menjadi suri teladan baik dalam pergaulan sesama penghulu maupun dalam pergaulan sesama besar dalam masyarakat. Selama menjadi penghulu dalam kaumnya, ia dibantu oleh saudaranya yang kelak akan menggantikannya yang disebut panungkek.
Menjadi seorang panungkek dapat mewakili penghulu dalam tugas tugas umum seperti kenduri, undangan rapat Menghadiri suatu rapat (musyawarah) dan dalam tugas yang prinsipil seperti memimpin rapat orang ampek jinih atau mengambil keputusan dalam suku kaum tidak boleh diwakili oleh seorang panungkek.
Penghulu dalam menyelesaikan seuatu masalah harus mempunyai prinsip bahwa "tak ado karuah nan tak ka janiah, tak ada kusuik nan tak ka salasai”. Demikian pula dalam mengambil suatu keputusan harus bijaksana, sehingga ibarat "maambiak rambuik dalam tapuang, nan rambuk indak putuh, tapuang indak taserak Panghulu itu ibarat "aia nan janiah, sayak nan landai ibarat kayu baringin di tangah padang, ureknyo tampak baselo batangnyo tampek basanda, dahannyo tampek bagantuang daunnyo tampek balinduang tampek balinduang katiko paneh, tampek bataduah kako hujan Badaun rimbun dek adat, badahan cupak jo gantang, bungonyo abak ka sundang buahnyo lasuah dimakan”.
Artinya seorang penghulu itu adalah sebuah kayu besar, ia tempat mengadu, tempat bergantung bagi keluarga, tempat berlindung, tempat bertanya dan sebagainya. Oleh sebab itu seorang penghulu harus mampu memainkan peranannya sebagai baringin di tengah padang. Bukan jadi "baringin bonsai" yang dikerdilkan sehingga tidak mampu berbuat apa-apa.
Dalam menjalankan kepemimpinannya seorang penghulu dibantu oleh tiga orang yang bertugas sesuai dengan jabatannya, yaitu: Malin di bidang keagamaan, Manti di bidang pemerintahan dan Dubalang di bidang keamanan. Penghulu, Malin, Manti dan Dubalang inilah yang disebut dengan "urang nan ampek jinih". Penghulu ibarat bumi, tempat sesuatu berdiri. Manti ibarat angin yang menyampaikan sesuatu, Malin ibarat air yang menghanyutkan kotoran dan Dubalang ibarat api yang bertindak dengan keras. Penghulu taguah di adat, Manti taguah dibuek, Malin taguah di agamo dan dubalang taguah di nagari. Dalam ungkapan lain penghulu tagak di pintu adat, manti tagak di pintu susah, malin tagak di pintu agama dan dubalang tagak dipintu mati. Untuk memperkuat kajian ini penulis menjelaskan tentang penghulu:
1) Sistem pengangkatan Penghulu
Pergantian penghulu sistemnya memakai dasar kehadiran (eksistensi) penghulu itu sendiri. Eksistensi penghulu menurut Taufik Dt. Mangkuto Rajo (2002) ada dua dasar hukum pergantian penghulu:
a) Asa barasa anak puti
Sunduik basunduik anak rajo
Patah tumbuh hilang berganti Tumbuahnyo di sinan juo
b) Ramo-ramo sikumbang jati
Katik endah pulang bakudo
Patah tumbuah hilang berganti
Pusako tingga di nan mudo
Dua dasar hukum eksistensi penghulu di sebagai berikut:
a) Malenggang indak tapepeh
tagak indak tasondak wanh utang manjawek pusako utang meruguhi
b) Bulek sagiling pipiah salicak
kabulatan kato jo mufakat bulek ayia dek pambuluah
Dijelaskan lagi
a) Siko tapakai abih anau tingga di hutan samati kucing sailang ngeong
b) Abih anau tingga di hutan
biluluak jadi anau.
Dasar hukum kedua berarti ketek digadangkan. Walau pun keturunan terputus, penghulu harus tetap ada. Bulek kato, bisa tidak sama, bisa bertambah dan gala (gelar) bisa beda dengan asli.
Ngeong simbol hulu dari Dt. Ketumanggungan. Adatnya adat raja raja, dalam penggantian penghulu langsung dari mamak ke kemenakannya.
2) Keputusan yang Demokratis dalam Pengangkatan Penghulu Ada bentuk keputusan yang demokratis dalam pengangkatan penghulu di Padang Panjang sebagai berikut:
a) Mati nan batungkek budi
b) Hidulk nan bakarilaan
c) Pusako balipek nan bakambang
d) Dialiahkan duduak, dikisakan tagak e) Padi sarumpun nan basibak
Tentang nilai dialiah duduak, dikisakan tagak, terjadi disebabkan alam lah bakalebaran, manusia lah bakakambangan, maka diangkatlah penghulu tetap secara demokratis
Demontrasi tidak ada di Minangkabau. Kalau ada demo, berarti belum sakato di kaum di nagari atau alam. Kalau tak dapek membuat sakato berart tidak orang Minang. Orang Minang, bagaimana pun tetap saja basilang kayu di tungku di sinan api mangko iduik. Tetapi keruh di kaum tidak mambao busuak ka langau, tidak manapiak ayia di dulang, artinya tidak meneriakan kelemahan di kelompok (kaum dan nagari sendiri) di depan orang banyak apalagi didengar orang lain. Suku tidak dapek diasak, malu tak dapek dragiahkan
3) Sistem Pergantian dan Batagak Penghulu
a) Mati nan batungkek budi,( di waktu maningga langsung di salin baju pengganti penghulu). Sistem ini, cara mengangkat penghulu baru karena penghulu lama meninggal dunia. Pergantian dilakukan di kuburan sebelum jenazah dikebumikan. Tidak perlu diadakan perjamuan.
b) Hiduik bakarilaan (lurah lah dalam, bukik lah tinggi, jauah tak tajalang. hampiah tak taturuik). Sistem ini, cara mengangkat penghulu baru karena penghulu lama sudah sangat tua. Ia sudah tidak kuat lagi menjalankan tugasnya menjadi penghulu, jalan lah lamo dek batampuah, jurang lah dalam, bukik lah tinggi.
c) Pusako balipek nan bakambang. Dasarnya, sikumbang jati. Sistem ini cara mengangkat penghulu baru yang lama tertangguh karena belum didapat kata kesepakatan terhadap calon pengganti Waktu penghulu meninggal, tak ado tumbuah (belum ada laki-laki yang lahir yang patut jadi penggantinya, tapi ada perempuan yang cerdik). Pusako dilipek karano ado masalah: awak baduo, tidua nak di tangah. Awak baduo, nak jadi penghulu kaduonya. Kalau terjadi situasi seperti ini pada sa'at pergantian penghulu, harus diparambunkan (ditangguhkan) kalau tidak ada peluang penyelesaian dua pihak bertikai, maka pusako dilipek (gala/ gelar disimpan buat sementara). Tak mungkin, awak baduo (berdua) lalu ingin jadi penghulu kaduonyo.
d) Dialiah duduak dikisakan tagak
Hal ini disebabkan manusia bakakambangan, diangkatlah seorang penghulu. Mengangkat seorang penghulu itu boleh dengan salah satu dari tiga dasarnya yakni (a) bungo bakarang, (b) ketek digadangkan, (c) mengguntiang siba baju.
e) Padi sarumpun basibak Hal ini disebabkan alam lah bakalebaran. Penghulu baru didirikan gelarnya sama dengan gelar penghulu yang lama. Sistem lain di Minang untuk pergantian penghulu dikenal:
(1) Pusako balipek nan bakambang
Prakteknya misalnya di Nagari Gunung merupakan aplikasi nilai mambangkik batang tarandam.
(2) Gadang Manyimpang
Artinya mengangkat penghulu baru oleh suatu kaum yang menyimpang dari dasar pokok awal penghulu itu (sering disebut di alam koto piliang).
4) Proses pemilihan pengulu
a) Otomatis bentuknya adalah adat rajo-rajo, putra mahkota, menggua aguang langsuang, elok satarimo, elok disitu elok dikami, walaupun calon datuak tidak memenuhi syarat seperti tengkak, atau buto, celek.
b) Proses dipilih. Dasarnya ramo-ramo sikumbang jati. Berubah. Adat dinamis. Syarat penghulu pertimbangan kaum, kalau setuju kaum walaupun persyarakatan tidak cukup, maka sah jadi penghulu, catatan, kalu bodoh kaum bodoh pulo penghulunyo.
5) Proses peralihan penghulu dalam bentuk mati nan batungkek budi
Katiko tanah tasirah (ketika tanah masih merah di makam), mayal ditanamkan lapiak dikambang, disitu penghulu dilewakan, dan prosesnya ada 8 langkah
a) Matilai wajar artinya mulai dari sakit dst.
b) Katiko sakit dincang-ancang ganti penghulu, kok tibo saatnya maut, bisa terhidnar dan tidak basilengkong, awak ada baurang siak, nanti talambek makam.
c) Kalau tibo-tibo mati mandadak,
d) Diancang pamakan dan mayat ditanam
e) Takambang lapiak, duduak kalapiak, di siko ucapak balangsuang kawa f) Cadiak pandai, manyampaikan mukasuit kanagari, dibaco krono-logis atau riwayat hidup mayat. Ketentuan hukum adat salingka nagari. Nagari menjawab, ditimbang batuah, tak ado nan manyim-pang. Kalau pipiah basunduik, disanggah sifat manidakkan tidak ado. Dibarilah kasampatan kaum bamufakat
Penghulu Bakaki, kapadang bamalam, kamakaah babaliak hari. Bajalan penghulu Basisampiang (cadiak pandai, mambuhua tak mangasan), dahulu kato mufakat (penghulu mendahulukan membuat kata mufakat ambik kato jo mufakat setiap pekerjaan akan dimulai) dan kamudian kato parentah (manapati).
Nan rajo kato mufakek nan bana kato saiyo, baik diambiak jo rundiang, buruak dibuang jo paretongan, mambantah kato penghulu, jo adatnyo. Makanya Datuak tidak boleh seminar, karano inyo randah dianjuang tinggi, ketek dirambah gadang. g) Disampaikan ka nagari, ditarimo.
h) Batabuah urai; yang tersirat nak tuah batabuah urai, nak pandai rajin baraja, nak kayo badikik-dikik. catatan: misalnya ada uang: tiga ribu untuk mamak seribu untuak anak kepanakan.
i) Pengkuhan Penghulu, adat diisi limbago dituang. Karena alah ado tanah tasirah, diproses: (a) proses pertama ditanyo kasanggupan dalam hati dalam bentuk mati batungkek budi; (b) proses kedua, kalau ada kesanggupan, boleh memotong kerbau, kalau tidak ada kesanggupan, ya boleh tidak, karano suto tidak buliah diuleh jo banang. (c) ketiga: malewakan penghulu diipasa nan rami atau dilabuah nan golong.
Biasanya dua hari setelah tanah tasirah (kematian) dan dihari pakan, diarak kapasa nan rami labuah nan golong tapi ini tidak diwa-jibkan, intinya adalah supaya nak nagari mengetahuinya. Dan ada juga dibiasakan orang yaitu dengan makan jo minum, ada dilapau makan basamo setelah babendi-bendi dan adopulo disiapkan dirumah.
6) Syarat-syarat Jadi Penghulu
Karena penghulu adalah pimpinan dari suatu kaum, lebih luas lagi ia adalah pimpinan suatu nagari, maka untuk jadi penghulu itu betul-betul orang pilihan, "tingginya manyentak rueh". Adat pun menggariskan syarat syarat untuk jadi penghulu, seperti:
a) Laki-laki
Seorang penghulu itu harus laki-laki, dengan demikian perempuan tidak boleh jadi penghulu. Itulah sebabnya Minangkabau dikatakan bersifat matrilineal, bukat matriachat.
b) Baik zatnya
Artinya seorang penghulu harus orang yang berasal dari keturunan baik-baik la harus "dituah dicilakoi". Dikaji asal-usul-nya, bapaknya dan neneknya. "Diindang ditampi tareh, dipiliah atah ciek-ciek". Dengan mengkaji keturunannya diharapkan betul-betul akan melahirkan orang pilihan. Karena biasanya seperti kata pepatah "kok kuriak induaknyo, anaknyo rintiak. Buah indak ka jauah jatuah dari batangnyo".
c) Kaya
Artinya kaya dengan budi pekerti dan pengetahuan, terutama di bidang adat
d) Baliq berakal atau sudah dewasa Cukup umur, cerdas dan dewasa dalam berfikir, penyaluran emosi dan sipiritual e) Adil
Artinya seorang penghulu harus orang yang adil, tidak membedakan kemenakan kandung dengan yang agak jauh jarak-nya, manimbang samo barek, maukua samo panjang, tibo di mato indak dipiciangkan, tibo di paruik indak dikampihkan.
f) Arif bijaksana
Punya kearifan dan pandai membaca tanda-tanda zaman.
g) Tabligh
Artinya suka menyampaikan yang baik-baik kepada masya-rakat.
h) Pemurah Artinya murah budi bahasanya, suka menolong.
7) Sifat-sifat Penghulu
Penghulu mempunyai sifat yang sama dengan nabi. Ada empat sifat yang dimiliki nabi, yaitu:
a) Siddiq
Artinya benar. Maksudnya benar dalam berbicara dan benar dalam bertindak.
b) Amanah
Artinya dapat dipercaya. Maksudnya seorang penghulu harus orang yang dapat dipercaya baik lahir maupun bathin. Seorang penghulu tidak boleh memiliki sifat manuhuak kawan sairiang, mangguntiang dalam lipatan, papek di lua runciang di dalam, angguak anggan geleng amuah.
c) Fatanah
Artinya cerdas. Maksudnya seorang penghulu haruslah orang yang cerdas. Karena kalau orang bodoh yang jadi penghulu, maka akan hilang citra kaum itu di tengah kaum yang lain.
d) Tabligh
Artinya menyampaikan. Maksudnya seorang penghulu harus beraní menyampaikan bahwa sesuatu itu baik atau buruk terhadap anggota kaumnya atau sukunya. Selain sifat yang empat tadi lazim juga disebut secara adat sifat
penghulu dua bentuk yakni: a) Manuruik alua jo patuik, yakni penghulu selalu berpatokan pada aturan
dan undang, baik alua adat maupun alua pusako.
b) Manampua jalan nan pasa yaitu dua jalan jalan dunia dan jalan akhirat. Artinya sifat penghulu mangubalokan dan menyelamatkan kamanakannya dalam hidup dunia dan akhirat. Kubalo penghulu: jiko gubalo ninik mamak/barang lia jadi jinak
8) Pantangan Penghulu
Kalau pada kesempatan terdahulu telah kita bahas arti penghulu, alasan mendirikan penghulu, syarat-syarat untuk jadi penghulu, sifat-sifat penghulu, maka pada kesempatan ini akan kita bahas pula beberapa pantangan penghulu, yaitu hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang penghulu, dengan tujuan untuk menjaga nama baik penghulu yang bersangkutan.
Dalam mamaga adat dinyatakan beberapa pantangan penghulu tersebut. Ada pantangan secara lahir (memerahkan muko, mahariak mahantam tanah, manyingsingkan langan baju) dan ada pantangan secara batin (balari-lari, mamanjek, manjujung jo kapalo). a) Mamerahkan muko, artinya terlihat di mata mempunyai sikap emosional,
orang yang mampu menguasai diri. Oleh sebab itu seorang penghulu harus mampu menahan dirinya.
b) Mahariak mahantam tanah, artinya terdengar di telinga sikap pemurah atau penggertak
c) Manyinsiang langan baju, artinya adu pisik
d) Balari-lan, seperti sikap yang terburu-buru, tidak sabar dalam mengambil keputusan Dalam hal ini diamanatkan dalam mengambil keputusan dilakukan dengan petimbangan yang matang. Petiti adat mengamanatkan: pikia palito hati/manuang sarugo aka.
e) Mamanjek-manjek, mempunyai sikap seperti anak-anak. Penghulu jangan bersikap seperti anak-anak, supaya terpandang dan dipandangan berwibawa.
f) Manjujuang jo kapalo, membawa beban dengan kepala. Penghulu jangan melakukan pekerjaan yang tidak menjadi tupoki (tuga pokok dan fungsinya). Sebab tugas penghulu mamacik keputusan. Kepala bagi penghulu itu untuk memikirkan kemakmuran anak kemenakannya. Karenanya diingatkan petitih adat penghulu manjujung kapalo luncuang/ mamikua indak babahu.
Demikian enam macam pantangan bagi seorang penghulu. Kalu kita lihat kondisi sekarang, sudah banyak pantangan penghulu itu yang tidak terlaksanakan. Mungkin karena perkembangan zaman, sehingga menyebabkan terjadinya perkembangan pola pikir manusia. Namun hal-hal yang bersifat mendasar masih tetap dijalankan oleh masyarakat Minangkabau, baik di Padang Panjang maupun di wilayah Minangkabau lainnya di Sumatera Barat.
9) Inti kata dalam melewakan (batagak pengukuhan) Penghulu di Padang Panjang.
Lah tasuo malang nan taraih, mujuah nantatulak, lah singkek permintaan, lah panjang langkah (akhirat), lah bapulang kerahmatul-lah si A yang Bagala Datuak...... Kabarpulangan beliau nantun bar-utang korong jo kampuang sarato jo sagalo umat nabi, lah dimandikan dengan aia nan amat suci, lah dimakamkan kalahat nan amat lapang, riak lah tibo di galombang, maik lah tibo ditampeknyo. Tapi sumantang nan baitu. kok dikaum silang nanbapangka, kok tiduah kami balunlai lalok, makan kami balunlai kanyang, karano ado adat tadiri dnan kadipakai, cupak katagak nan kadiisi, limbago tacakah nan ka kami tuang, nan kinilah dapek bulek nan sagiliang, pipiah an salaicak manuruik patatah jo patitih (catatan) kadasar hukum I (adat rajo-rajo) atau 2 (sikumbang jati di atas.
Dinan hari kini lah dapek bulek nan sagiliang, bulek nan salaicak, nan lo bana si A. Dt..... yang berpulang karahmatullahko. Kok baju kabasaran baliau,disaruangkan kasi B gala Dt....... Kok siriahnyo minta dicabiak, kok pinangnyo minta digatok, galanyo minta dimasyahurkan dipas anan rami, didabuah nan golong. Hiliah nak dibaok sarangkuah dayuang, mudiak dibao nak sarantak gala, kalawik nak samo bajurumudi, kadarek nak samo bajuru baso. Tak nyo kato didpapanjang, eloknyo kato dipasingkek disudai dengan Salam atau katonyo panutuik al: Mandaki gunuang sisnggalang, dakek gunuang tandikek, tagnang aia dimuaro, bandakan kadalam padi kok dirantang amuah panjang elok dipunta nak nyo singkek, diambiak sajo nan paguno nan kadipakai maso kini. Wassalam!
10) Tugas pokok dan fungsi Penghulu
Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) penghulu setidaknya ada 11, yakni, tujuh tugas pokok dan empat fungsi (Drs. Djaruddin Dt. Rky Batuah, 1989)
11) Tujuh Tugas Pokok penghulu meliputi:
a) Memimpin anak kemenakan dalam berbagai kegiatan suku dan nagari
b) Mewakili anak kemenakan dalam segala urusan pihak luar
c) Menjadi hakim pendamai dalam segala permasalahan yang tumbuh dalam kaum, suku dan nagari
d) Melindungi anak kemenakan dari segala persoalan yang dihadapkan pihak luar kepadanya
e) Memberi contoh dan dan mendidik dalam kehidupan bermasya-rakat
f) Menjadi anggota kerapatan adat dan nagari seperti anggota KAN di Nagari dengan hak suara yang sama
g) Mewakili penghulu yang seatap setungku jika ada yang berhalangan
12) Empat fungsi penghulu meliputi:
a) Mempunyai kemampuan memimpin
b) Mempunyai perencanaan yang matang, karena penghulu itu lubuk aka
tepian budi
c) Mempunyai kesanggupan mengorganisir mengorganisasikan/ menyusun) kaum dan anak kemenakan dengan baik.
d) Mempunyai kearifan dalam memberikan pengawasan kepada anak kemenakan dengan baik.
2. Manti
Manti mempunyai asal kata dari menteri. Dalam adat kedu dukannya sebagai perangkat penghulu punya tupoksi (tugas pokok dan fungsi) menyelesaikan segala persoalan dan silang sengketa kaum dan sengketa adat. Karenanya ia tegak di pintu << susah>>. Juga tugasnya dalam bidang pemerintahan adat, melaksanakan dan mengawasi orang atau keluarga dalam suku yang memakai adat, baik adat nan teradat, adat nan diadatkan ataupun adat istiadat.
Sungguh pun tidak mudah menyelesaikan sengketa adat, bagi manti tetap optimis: tak ado kusuik tak kan salasai/tak ado karuah tak kan kajanih (tidak ado kusuik yang tidak dapat diselesaikan/ dan tidak ada pula keruh yang tidak dapat dijernihkan).
3. Malin
Malin salah seorang pembantu penghulu dalam bidang agama. Tugasnya mengurus persoal keagamaan anak kamanakan. la yang mengajarkan ajaran syarak mangato untuk dipakai dalam adat. Ia mengajar masyarakat empat nilai syarak yakni hakekat, tarekat, syari'at dan ma'rifat. Mengajar mengaji Al-Qur'an, mengajar rukun syarat ibadat seperti taharah (bersuci), shalat, puasa, zakat dan hajji, yakni rukun. Islam yang lima serta mengajarkan akidah iman dan tauhid serta akhlak mulia. Karena itu malin peranannya disebut tagak di pintu agama.
Malin dalam mengkoordinasikan pengajaran agama dan akhlak, ia diperkuat orang jinih nan-ampek yakni; imam, katik, bila dan qadhi.
4. Dubalang
Dubalang juga merupakan seorang pembantu penghulu dalam bidang keamanan. Dubalang berasal dari kata hulubalang, yang bertugas menjaga kemanan baik dalam lingkungan kaum sukunya maupun kemananan dalam lingkungan nagari. Kalau terjadi kekacauan dan huru hara dubalang di baris depan mengamankannya, kadang-kadang tantangannya berat, tidak saja mengancam sakit pada tubuhnya bahkan mengancam jiwanya. Karena itu dubalang disebut tagak di pintu mati.
Keempat orang ampek jinih ini (penghulu, manti, dubalang dan malin) merupakan jabatan adat yang diturunkan secara turun temurun dari mamak ke kemanakan
Biriek-biriek turun ka sawah
Tibo disamak makan padi
Dari ninak turun ka mamak Dan mamak turun ka kamanakan