Koleksi Video Galeri Niniak Mamak : Jajak Rampah - The Spice Trail of West Sumatera
Apa itu JALUR REMPAH ???
Aroma dan cita rasa rempah mengharumkan nama Nusantara dan menempatkan Indonesia dalam wilayah strategis perdagangan dunia.Membawa interaksi,pertukaran nilai – nilai,penyebaran agama,persilangan budaya,sastra,gastronomi dan sebagainya. Jalur Rempah bertujuan melihat,menghidupkan,menghubungkan kembali berbagai jejaknya yang menciptakan hubungan lintas budaya sebagai warisan dan pengetahuan hari ini.Menjadikan fondasi dari masa lalu sebagai masa kini untuk pengetahuan dalam membangun masa depan. KEMENDIKBUDRISTEK melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan menginisiasi Program Jalur rempah untuk mengangkat Outstanding Universal Value,dimana upaya rekonstruksi hubungan antarbudaya,sejarah, geografi yang memperlihatkan kebertautan satu dengan yang lain.Menjadi platform interaksi budaya, ekonomi, politik hingga agama, dan melalui kerja kolektif dapat diajukan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat turut mendukung dengan program Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Data dan Informasi sejarah. Jalur rempah di Sumatera Barat yang sebelumnya populer di pantai barat Sumatera. Melalui film dokumenter yang berjudul Jajak Rampah - The Spice Trail Of West Sumatera berusaha untuk mempublikasikan jejak sejarah jalur rempah di aliran sungai Batang Hari. Aliran sungai Batang Hari merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar kedua di Indonesia. DAS Batang Hari memiliki peran penting dalam sejarah di Kabupaten Dharmasraya, termasuk sejarah Jalur Rempah di Nusantara khususnya di provinsi Jambi dan Sumatera Barat. Pada masanya sungai Batang Hari yang melintasi kabupaten Dharmasraya memiliki nilai sejarah tersendiri dalam peradaban. Sungai Batang Hari sudah dilayari sejak zaman pra sejarah. sungai yang digunakan oleh nenek moyang untuk masuk ke pedalaman. Batang Hari tetap dilayari pada zaman klasik, suatu masa yang ditandai dengan kerajaan yang besar. karena peradaban sungai tersebut, kerajaan melayu Dharmasraya berkembang dan meninggalkan candi, arca dan peninggalan kuno.
Menurut sejarawan Universitas Andalas Gusti Asnan, peradaban setidaknya memiliki tiga basis yaitu basis pemerintahan, basis ekonomi dan basis ilmu/teknologi/religi. dharmasraya memiliki tiga basis tersebut. Potensi dan kekayaan alam Dharmasraya tetap menjadi modal bagi kejayaannya. Pada masa sebelum kemerdekaan sampai tahun 1976, jalur perdagangan pada sungai Batang Hari tetap berlanjut. Pedagang peagang dari hulu Batang Hari ( kabupaten Dharmasraya dan Solok Selatan ) menjual hasil buminya seperti, karet, kopi, pinang, gaharu, gambir, rotan, manau dan lain lain ke Jambi. karena jalur darat menuju Jambi pada waktu itu sangat sulit dilalui, pedagang lebih nyaman menggunakan sungai Batang Hari sebagai jalur transportasinya. Alat angkut yang digunakan waktu itu adalah perahu tempel ( perahu yang dilengkapi dengan mesin dan pakai atap untuk peneduh). Sekembalinya dari Jambi, para pedagang membeli kebutuhan pokok untuk dijual dan dipasarkan di Solok Selatan dan Dharmasraya, seperti gula, teh, kopi, minyak manis, minyak tanah, tepung terigu, dan kebutuhan pokok lainnya, karena pada waktu itu jalur tranportasi dari Dharmasraya ke Padang juga sulit.
Sejak tahun 1976 perdagangan melalui sungai Batang Hari menuju Jambi terhenti, karena telah beroperasinya jalur lintas sumatera dan jembatan Sungai Dareh sebagai sarana transportasi menuju Jambi.namun masyarakat Solok Selatan tetap menggunakan sungai Batang Hari sebagai jalur transportasi menuju pulau punjung. Pada umumnya masyarakat Solok Selatan menjual hasil buminya transit di Pulau Punjung, tempat transit tersebut dinamakan pelayangan, ada yang menjualnya kepada pedagang yang ada di Pulau Punjung dan ada masyarakat Solok Selatan langsung menjualnya ke Padang dengan menggunakan mobil karena transportasi darat dari Pulau Punjung menuju Padang sangat lancar. Dengan dibangunnya bendungan Batang Hari batu bakawik tahun 2002 di jorong Muaro Momong nagari Sungai Kambut, lokasi transit masyarakat Solok Selatan juga berpindah dari pelayangan ke dermaga bendungan Batu Bakawik. Dari dermaga hasil bumi dijual ke Pulau Punjung atau ke Padang. Masyarakat Solok Selatan pada umumnya berbelanja di pasar Pulau Punjung dan sekitarnya. sampai sekarang transportasi dengan menggunakan perahu tempel dari Solok Selatan menuju dermaga bendungan Batu Bakawik tetap berjalan.
Pada youtube dapat diakses di link : https://www.youtube.com/watch?v=3vtZhPDS32U