Koleksi Video Galeri Niniak Mamak : Revitalisasi Kesenian Yang Hampir Punah-Senjata Kurambiak (Nagari Sungai Pua, Kabupaten Agam, Sumatera Barat)

Sumatera Barat sangat banyak menghasilkan pemikiran kebudayaan dan kesenian yang di wariskan secara turun temurun sampai saat ini. Bersifat dinamis sesuai perkembangan zaman, namun secara perlahan sudah mulai terjadi perubahan dan berangsur jarang ditengah masyarakatnya. Dari banyak hasil warisan budaya dan kesenian para pendahulu merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi, namun tidak semuanya terpelihara dengan baik, kelemahan dan kekurangan serta perubahan generasi pewaris saat ini banyak hasil karya nenek moyang kita yang akan hilang tidak diketahui rimbanya. Atas pemikiran di atas, diperlukan sebuah usaha yang pasti untuk menjaga, menumbuhkan serta mengembangkan kembali. Melalui Kegiatan Revitalisasi Kesenian Yang Hampir Punah adalah sebuah kegiatan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat sebagai upaya untuk menjaga, menumbuhkan serta mengembangkan kembali kebudayaan dan kesenian langka/hampir punah melalui pendokumentasian yang ada di 19 kabupaten kota se- Sumatera Barat. Berdasarkan sejarah tertulis, Kurambiak berasal dari Minangkabau, lalu kemudian dibawa oleh para perantau Minangkabau berabad yang lalu dan menyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa, Semenanjung Melayu dan lain-lain. Menurut cerita rakyat, bentuk Kurambiak terinspirasi oleh cakar harimau yang memang banyak berkeliaran di hutan Sumatra pada masa itu. Pada masa dahulu, permainan senjata kurambiak di Minangkabau hanya diwarisi oleh para Datuk atau kalangan Raja, tidak sembarang orang menguasai permainan yang dianggap rahasia dan hanya untuk kalangan tertentu saja. Senjata khas Minangkabau ini menjadi bagian terpenting yang tak dapat dipisahkan dari Silek Minangkabau. Senjata ini termasuk senjata berbahaya karena dapat digunakan menyayat maupun merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak terdeteksi. Kurambiak bisa dikatakan sebagai senjata mematikan menempati ukuran kedua setelah pistol. Disamping menjadi senjata khas Minangkabau, permainan senjata Kurambiak juga berkembang di Madiun Jawa Timur yang dalam aksen Jawa disebut dengan nama “kerambik”. Dengan makin populernya seni bela diri Pencak Silat, mulai tahun 1970-an, senjata inipun semakin populer walaupun berlangsung lambat. Puncaknya pada tahun 2005, beberapa perusahaan besar AS seperti Emerson Knives dan Strider Knives membuat pisau kerambit dalam jumlah banyak. Pelopor penggunaan Kurambiak adalah Steve Tarani yang mempunyai dasar kurambiak dari Silat Cimande Sunda. Saat ini kerambit telah dikembangkan pihak barat dengan banyak varian.Selain itu juga menjadi senjata wajib personel US Marshal, tetapi di Indonesia sendiri kurang begitu populer. Menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga, menumbuhkan serta mengembangkan kembali kebudayaan dan kesenian yang bernilai tinggi warisan nenek moyang. Mari Dunsanak/Sahabat Semua "Niaiak Hati ka Pakan Sinayan Singgah Sabanta Ka Batu Palano Kebudayaan paralu dilestarikan Tanggung jawab basamo untuak manjago"

Sumber Referensi :

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerambit

2. Tedy Wiraseptya, Vernanda Em Afdhal (2019) Kajian Ikonografis Senjata Tradisional Kurambiak Minangkabau Cakar Harimau Sumatera. Majalah Ilmu Ilmiah UPI YPTK Vol.No 26, No 2 Hal 100 - 108 Copyright@2019 LPPM UPI YPTK. ISSN : 1412 - 5854, E ISSN : 2502 - 8774. 

Pada youtube dapat diakses di link :https://www.youtube.com/watch?v=eM3JO6dsPuw