Koleksi Video Galeri Niniak Mamak : Revitalisasi Kesenian Yang Hampir Punah - Tupai Janjang (Nagari Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
Sumatera Barat sangat banyak menghasilkan pemikiran kebudayaan dan kesenian yang di wariskan secara turun temurun sampai saat ini. Bersifat dinamis sesuai perkembangan zaman, namun secara perlahan sudah mulai terjadi perubahan dan berangsur jarang ditengah masyarakatnya. Dari banyak hasil warisan budaya dan kesenian para pendahulu merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi, namun tidak semuanya terpelihara dengan baik, kelemahan dan kekurangan serta perubahan generasi pewaris saat ini banyak hasil karya nenek moyang kita yang akan hilang tidak diketahui rimbanya. Atas pemikiran di atas, diperlukan sebuah usaha yang pasti untuk menjaga, menumbuhkan serta mengembangkan kembali. Melalui Kegiatan Revitalisasi Kesenian Yang Hampir Punah adalah sebuah kegiatan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat sebagai upaya untuk menjaga, menumbuhkan serta mengembangkan kembali kebudayaan dan kesenian langka/hampir punah melalui pendokumentasian yang ada di 19 kabupaten kota se- Sumatera Barat.
Tupai Janjang adalah pertunjukan yang dituturkan oleh satu orang penutur yang bertindak seperti bercerita, dilakukan dengan gerak tubuh seperti menari silat sambil berdendang yang berisi pengantar cerita dan memerankan semua tokoh yang terdapat dalam cerita yang berasal dan tumbuh dari masyarakat Kabupaten Agam khususnya Kecamatan Palembayan, dan juga berkembang dan tumbuh di Kabupaten Solok dan Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Ciri-ciri teater rakyat tutur adalah cerita berkembang tidak melalui budaya tulis, akan tetapi disampaikan dengan cara bertutur dari generasi ke generasi secara lisan. Tupai Janjang termasuk ke dalam jenis teater rakyat tutur karena pada mulanya cerita Tupai Janjang adalah peristiwa bahasa lisan atau tuturan.
Awalnya cerita Tupai Janjang berkembang dari kebiasaan bercerita atau mendongeng yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya atau kepada cucunya yang bertujuan untuk hiburan. Selain untuk hiburan cerita yang dituturkan oleh orang tua ini bermaksud juga memberikan pendidikan dan ajaran moral. Gayatri (dalam Efendi,2011:103) menjelaskan bahwa pada awalnya bentuk pertunjukan Tupai Janjang di Palembayan tidak berdiri sendiri, akan tetapi tergabung dalam pertunjukan Randai (teater rakyat Minangkabau). Pada masa kemunculannya Randai digelar hingga larut malam dan untuk mengisi waktu istirahat ditampilkan pertunjukan Tupai Janjang. Hingga kemudian pertunjukan Tupai Janjang berdiri sendiri dengan menampilkan seorang penutur yang dapat menjadi tukang dendang serta memperagakan tokoh dalam cerita.
Beberapa tahun belakangan teater tutur Tupai Janjang di Palembayan khususnya di Nagari Tigo Koto Silungkang sangat jarang dipentaskan, bahkan bisa dikatakan berada di ambang kepunahan.Turunnya volume pementasan selain disebabkan tidak adanya regenerasi menjadi penutur, juga terdapat beberapa faktor seperti minimnya minat masyarakat dan juga pengaruh masuknya budaya modern dalam hiburan seperti orgen tunggal atau hiburan yang selalu disajikan televisi. Tanggapan masyarakat mengenai perkembangan teater tutur Tupai Janjang saat ini di Nagari Tigo Koto Silungkang adalah sangat memprihatinkan. Disebutkan oleh Wali Nagari Tigo Koto Silungkang yaitu Bapak Efendi bahwasannya sangat jarang sekali pertunjukan tersebut dipentaskan di daerahnya bahkan bisa dikatakan sudah tidak pernah, hal ini sangat disayangkan karena pertunjukan teater Tupai Janjang merupakan aset dan kekayaan Nagari Tigo Koto Silungkang (wawancara, Efendi: Februari 2017). Elvis pun yang sekaligus sebagai seorang penutur langsung Tupai Janjang tersebut, mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir ini ia tidak pernah bermain teater tutur Tupai Janjang di daerah Palembayan, ia hanya menerima tawaran-tawaran pementasan di luar Palembayan bahkan di luar Sumatra Barat. Menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga, menumbuhkan serta mengembangkan kembali kebudayaan dan kesenian yang bernilai tinggi warisan nenek moyang. Mari Dunsanak Kasadonyo "Niaiak Hati ka Pakan Sinayan Singgah Sabanta Ka Batu Palano Kebudayaan paralu dilestarikan Tanggung jawab basamo untuak manjago"
Sumber Referensi : 1. Herwanfakhrizal, dkk (2018) Teater Tutur Tupai Janjang Di .Jurnal Laga-Laga, ISSN 2460-9900 (print), ISSN 2597-9000 (online).
Pada youtube dapat diakses di link :https://www.youtube.com/watch?v=jqsIsCTjlBA